Trends
#storiesworthtelling
Bagaimana cara menggabungkan teknologi dengan empati? - Royyan Dzakiy | #StoriesWorthTelling
11 views
“Kita harus menjadi bermanfaat untuk orang lain,” kata Royyan Dzakiy, Lead IoT Engineer di eFishery. Dan untuk dapat melakukan itu, Royyan mengatakan bahwa kita harus dapat menggabungkan empati dan teknologi menjadi satu.Tapi empati itu tidak hanya sekedar hati ikut sedih melihat keadaan orang lain. Tapi kita harus mampu mengeksplorasi masalah tersebut lebih dalam dan mencari solusi atas masalah tersebut.Tonton sampai habis #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes episode ini!More Bulls Eyes video at https://mtarget.co/bulls-eyesCase Study interviews at https://mtarget.co/case-studyLearn more about us at https://mtarget.coFollow us on:LinkedIn: https://mtrgt.id/MTLinkedInInstagram: https://mtrgt.id/MTInstagramTwitter: https://mtrgt.id/MTTwitterFacebook: https://mtrgt.id/MTFacebook(Video diupload oleh MTarget pada 30 Desember 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=GMldqB9Ke9k)
Like (2)
Loading...
Estubizi x MTargetAditya Evan Yudistira, seorang product designer yang sekarang bekerja di Tokopedia ini ternyata memiliki cerita unik dalam perjalanan hidup dan kariernya. Biasa disapa Evan, dia memang semenjak kuliah sudah terbiasa dengan coding, dan akhirnya mengawali kariernya sebagai front-end developer di sebuah agency di Malang pada tahun 2018.Namun, merasa tidak puas dengan hasil yang diberikan, dan karena background-nya yang seorang desainer, Evan pun mulai menunjukkan ketertarikan pada UI/UX. Mengira ini akan mudah, Evan mengalami hal yang sebaliknya. “Awalnya mudah. Tapi semakin ke sini semakin sulit,” katanya. Namun dia tidak menyerah dan terus mengembangkan diri. Sebelum masuk ke Tokopedia, Evan sempat mengambil pekerjaan yang bersifat kontrak dan freelance.Apa Itu Sukses?Ketika ditanya apakah dirinya merasa sudah berada di titik sukses, Evan menganalogikannya dengan bermain game. “Success is not the end of a journey,” katanya. Evan juga menambahkan, “Success is like a checkpoint.” Karena kalau seseorang sekarang bilang, “Saya sudah sukses,” maka dia akan berhenti berkembang. “Pasti selalu ada step ke depannya.”Berbicara tentang alternatif sukses, Evan pun mengaku kalau dirinya memiliki keinginan untuk berkecimpung di dunia kuliner, yaitu memiliki warteg. Mengapa warteg? “Murah, menjamur, dan masuk ke semua kalangan,” katanya. Memiliki kompetitor banyak bukanlah masalah untuknya karena target pasar warteg sangatlah besar.Selain itu, ketika ditanya, jikalau bukan seorang product designer, kira-kira pekerjaan apa yang Evan ingin lakukan, dia pun menjawab, “Ingin jadi astronom.” Menurutnya, menjadi seorang astronom adalah sesuatu yang menarik dan tidak semua orang paham. Dan kita pun juga masih memiliki banyak hal yang kita tidak ketahui di luar angkasa sana.Product Designer: Garda Terdepan UserEvan berpendapat bahwa seorang desainer adalah garda terdepan yang akan memperjuangkan apa yang user butuh. Apalagi di Indonesia, perubahan akan behavior di masyarakat terjadi sangatlah cepat. Tren seperti, “Kamu nanya?”, “Apaan tuh?” dapat membuat seluruh bisnis tergerak dan menyesuaikan strategi bisnis mereka. “Sebuah produk harus dapat memenuhi kebutuhan user,” jelas Evan.Tapi ada satu challenge besar. Terkadang, user sendiri tidak mengerti apa yang mereka inginkan. Makanya, “expecting the unexpected” menjadi kunci ketika Evan menjalankan pekerjaannya. Cara terbaik untuk menghadapi ini adalah dengan melakukan user interview. Idealnya 5-15 orang. Karena jika terlalu banyak, jawaban akan mulai mirip satu sama lain. Mengejar kualitas lebih baik daripada mengejar kuantitas. Namun sarannya, tidak semua produk juga perlu ada user interview. Solusi lain ada seperti A/B test dan lain-lain.Ada satu lagi yang sebenarnya menjadi challenge untuk product designer, yaitu masalah dengan stakeholders, baik itu dengan engineer maupun dengan sisi bisnis. Bedanya jika berselisih dengan engineer, biasanya masih dalam batasan produk dan pembahasannya product-centric. Sedangkan dengan bisnis, lebih ke “Bagaimana produk ini bisa menghasilkan revenue yang diinginkan?”“Siapa pun lawan bicaranya, seorang product designer harus memiliki open mindset.”Apa pun proposalnya, harus diterima dulu. Ditelaah apakah sesuai dengan user experience. Kalau tidak? Bukan ditolak, tapi dicari solusi bagaimana supaya sesuai dengan user experience yang ada. Untuk itu, seorang product designer tidak boleh terlalu menutup diri.Menjadi Product DesignerMenurut Evan, ada setidaknya 3 hal yang harus seseorang lakukan untuk dapat menjadi seorang product designer yang andal. Pertama adalah fokus dengan user. Seorang designer harus kenal user-nya; siapa saja yang akan menggunakan produk dan bagaimana behavior mereka. Karena, “We’re serving their needs with our product,” kata Evan.Yang kedua adalah practice. Banyak yang ingin menjadi designer tapi mereka tidak pernah latihan menggunakan alat-alatnya. Evan mengibaratkan hal ini dengan orang yang sedang pergi berperang namun tidak tahu cara menggunakan senjatanya. Bahayanya adalah malah dapat melukai teman sendiri. Memiliki keahlian dalam tools penting. Karena ini adalah hard skill dan tools juga tidak akan pernah berhenti berkembang.Yang terakhir adalah belajar soft skill. Menurut Evan, seorang product designer harus dapat berkomunikasi dengan tim tech maupun tim bisnis. Karena produk tidak akan ada tanpa tim tech, dan produk tidak akan dapat masuk pasar tanpa tim bisnis. Perlu adanya keharmonisan dalam komunikasi dengan kedua sisi ini.“Kesempatan Tidak Datang Dua Kali”Memasuki sesi di mana Evan ditanya mengenai advice apa yang dia dapat berikan ke designer yang sedang meniti karier untuk dapat maju ke depan, dia suggest, “Kesempatan tidak datang dua kali. Kalau berani initiate ide, initiate saja.” Menurutnya designer zaman sekarang harus dapat memulai sebuah ide fresh. Tidak seperti dulu yang hanya melihat backlog saja.Selain itu, Evan juga menghimbau designer muda untuk memiliki empati yang tinggi ketika mendesain. “Designer yang tidak memiliki empati akan mendesain seenaknya sendiri,” katanya. Memiliki kemauan belajar yang tinggi juga menjadi salah satu rekomendasi Evan untuk designer yang ingin sukses meniti karier mereka.Mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang “cuek, ya sudah, dan gas aja”, Evan juga menekankan kembali untuk menunggu sesuatu yang tidak diduga. Banyak hal yang akan terjadi tidak sesuai ekspektasi. Ketika memiliki ekspektasi tinggi, rasa kecewa juga akan ikut tinggi. Akan banyak pihak yang memiliki kepentingan dalam sebuah design yang dibuat. “Anggaplah itu garam. Nasi goreng mana enak tanpa garam, ya ‘kan?” candanya.Tonton selengkapnya di episode #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes ini ya!#StoriesWorthTelling | Aditya Evan Yudistira: Menduga yang Tak Terduga dalam Product Design(Artikel ini dipublikasi MTarget pada 23 Desember 2022 melalui https://mtarget.co/blog/menduga-yang-tak-terduga-aditya-evan/)
#StoriesWorthTelling | Aditya Evan Yudistira: Menduga yang Tak Terduga dalam Product Design
16 views
Dalam pembuatan sebuah produk, pasti banyak stakeholder yang terlibat. Di sini, product designer harus bisa expecting the unexpected untuk menurunkan rasa kekecewaan. Karena setiap peran, tech maupun bisnis, pasti memiliki sisi yang harus ditunjukkan.Namun juga tidak perlu berkecil hati dan menyerah pada dunia. Mengambil seluruh kesempatan yang datang juga dapat menjadi kunci untuk seseorang yang ingin menjadi product designer. Karena kesempatan tidak datang dua kali.Tonton sampai habis #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes episode ini!Learn more about us at https://mtarget.coFollow us onLinkedIn: https://mtrgt.id/MTLinkedInInstagram: https://mtrgt.id/MTInstagramTwitter: https://mtrgt.id/MTTwitterFacebook: https://mtrgt.id/MTFacebook(Video diupload oleh MTarget pada 22 Desember 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=BgLTERHF09Q)
#StoriesWorthTelling Bulls Eyes - Rio Surbakti
17 views
Kembali lagi bersama kami di rentetan program #StoriesWorthTelling. Dalam Bulls Eyes kali ini, kami bersama Rio Surbakti akan mengupas tuntas tentang perjalanan hidupnya hingga berada di titik sekarang. Pelajari ups and downs dari perjalanan hidup Rio Surbakti, hanya di #StoriesWorthTelling Bulls Eyes.Muda, beda, dan berbahaya. Itulah 3 kata yang mampu menggambarkan Rio Surbakti. Lelaki yang sangat passionate dengan segala hal yang berbau design ini mulai mendevelop dirinya sejak dini. Dari melakukan design seliar-liarnya, hingga tertata dan memikirkan user experience pada suatu product ketika menjadi product designer.Perjalanan karirnya dimulai dari 2015. Setelah lulus dari Institut Pertanian Bogor, beliau mulai menapaki jalan yang akan membawanya menjadi seorang designer hebat. Hingga tidak terasa, saat ini beliau menjadi seorang product designer yang memiliki project-project besar.Kami akan mengupas tuntas tentang perjalanan Rio sebagai Product Designer yang muda, beda, dan berbahaya. Seperti apa sih perjalanan Rio hingga akhirnya berada di titik ini? Mengingat di dunia product akan selalu dipenuhi dengan feedback dari berbagai macam sisi hingga akhirnya mengaburkan tujuan product itu. Simak selengkapnya di sini.We have other valuable things just for you!More Bulls Eyes video https://mtarget.co/bulls-eyesCase Study interviews https://mtarget.co/case-study(Video diupload oleh MTarget pada 29 November 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=EDBTrU2qF24)
Estubizi x MTargetKembali lagi bersama kami di rentetan program #StoriesWorthTelling. Dalam Bulls Eyes kali ini, kami bersama Rio Surbakti akan mengupas tuntas tentang perjalanan hidupnya hingga berada di titik sekarang. Pelajari ups and downs dari perjalanan hidup Rio Surbakti, hanya di #StoriesWorthTelling Bulls Eyes.Sekilas Tentang Rio SurbaktiLaki-laki yang bernama Rio Surbakti ini sekarang menjadi Product Designer. Saat ini beliau menjadi Product Designer di Kartu Prakerja dari tahun 2021 hingga saat ini. Namun, berada di titik saat ini merupakan bukan hal yang dituju oleh Rio sejak awal. Rio merupakan seorang Graphic Designer pada awalnya, dengan cakupan yang sangat luas dan liar.Lalu, apa yang membawa Rio pada akhirnya menjadi seorang Product Designer seperti sekarang ini?Sarjana Manajemen Informatika Membuat Rio SadarRio merupakan lulusan Manajemen Informatika di Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun, ilmu yang didapat dalam kuliahnya tidak semata-mata membuat ia ingin melanjutkannya. “Aku benci coding”, katanya. Menyadari hal itu, Rio secara sadar dengan segera mengubah haluannya agar tidak lagi bertemi dengan “coding.”Setelah kelulusannya, Rio langsung menempuh jalan untuk karirnya dalam dunia design, dalam hal ini, Graphic Designer. Rio menjadi “anak desain” di suatu agency sebagai internship. Dari tahun 2015 menjadi seorang Graphic Designer. Pada akhirnya, Rio melakukan lompatan menjadi seorang Product Designer.Transisi dan Adaptasi dari Graphic Designer Menjadi Product DesignerTentu tidak mudah bagi Rio ketika melakukan transisi dan adaptasi dari Graphic Designer yang mana cakupannya lebih luas, liar, dan keren menjadi seorang Product Designer yang memangku kepentingan banyak orang. Namun, bukan tujuan Rio pada awalnya untuk menjadi seorang Product Designer.Banyaknya project di kantor membuat Rio akhirnya masuk ke dalam dunia product. Karena manpower UI/UX Designer belum ada di kantornya, Rio akhirnya ditunjuk oleh atasannya untuk membuat atau mendesain suatu product. Awalnya Rio disuruh mencoba, seiring berjalannya waktu, Rio ketagihan.Darimana Rio belajar semua hal tentang desain suatu product? Rio punya mentor yang unik.Mentor yang unikMenurut Rio, belajar atau menimba ilmu tidak melulu dari bangku sekolah. Banyak hal di luar sana yang bisa di-explore. Rio memiliki mentor yang bernama YouTube. Ia menyelami YouTube untuk melakukan hal-hal yang positif, menimba ilmu tentang Product Designer.Dari belum mengerti tentang apa itu Product Designer, fokusnya ke arah mana, dan seperti apa cara kerjanya, Rio pelan-pelan mulai belajar dari sana. Hingga akhirnya Rio menemukan kalau ini adalah hal yang lebih kompleks dari sekedar design. Dan pada akhirnya ilmu selama masa perkuliahannya sedikit-sedikit dapat berguna di dalam Product Designer.Momen Rio Jatuh Cinta Pada Product DesignWalaupun kompleks dan ada banyak hal yang harus disesuaikan dengan kebutuhan orang banyka dan juga demi kelangsungan bisnis, seperti memetakan user-flow. Rio tampaknya sangat passionate dan jatuh cinta ketika mendesain suatu product.Rio memiliki kepuasan yang tidak bisa dibendung ketika product yang ia hasilkan banyak yang menggunakan, mendapat feedback yang baik dan juga berguna bagi masyarakat luas. Saat itu, RIo jatuh cinta dan mulai menggeluti bidangnya lebih dalam lagi. Hingga akhirnya beliau dapat menggambarkan bahwa dirinya adalah Product Designer yang Muda, Beda, dan Berbahaya.(Artikel ini dipublikasi MTarget pada 29 November 2022 melalui https://mtarget.co/blog/rio-surbakti-product-designer-yang-muda-beda-berbahaya/)
#StoriesWorthTelling | Rendy Andi: Seorang PM, Full-Time Father, Foolish & Lovers
19 views
Kembali lagi bersama kami di rentetan program #StoriesWorthTelling. Dalam Bulls Eyes kali ini, kami bersama Rendy Andi akan mengupas tuntas tentang perjalanan hidupnya hingga berada di titik sekarang. Pelajari ups and downs dari perjalanan hidup Rendy Andi, hanya di #StoriesWorthTelling Bulls Eyes.Lelaki tangguh yang berumur 36 tahun ini merupakan bapak dari 1 anak. Rendy Andi ini seringkali berkecimpung di dunia product, terutama di e-commerce, beliau adalah expert di bidangnya. E-commerce menjadi fokus dari Rendy Andi, dengan yang portfolio penuh dengan e-commerce experience.Mulai masuk ke dalam sebuah karir profesional kebanyakan didasari dengan ketidaksengajaan. Namun berbeda dengan Rendy, memiliki cita-cita menjadi developer dan engineer yang mana akhirnya beliau berhasil mendapatkannya. Akan tetapi, sejak mendapatkan scholarship, Rendy mulai mengubah haluan dan mencari pekerjaan yang cocok dengan waktu kuliahnya.Kita akan mengupas tuntas tentang perjalanan Rendy sebagai Product Manager Payment, full-time father, foolish, dan juga lovers. Seperti apa sih perjalanan Rendy hingga akhirnya berada di titik ini? Mengingat banyaknya risk dari seorang Product Manager Payment. Simak selengkapnya di sini.We have other valuable things just for you!More Bulls Eyes video https://mtarget.co/bulls-eyesCase Study interviews https://mtarget.co/case-study(Video diupload oleh MTarget pada 18 November 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=SfOa7k1UtX0)
Be the first person to like this.
#StoriesWorthTelling | Yusuf Syaid: Cara Menjadi Orang Teknis yang Memiliki Empati Tinggi
24 views
Mendefinisikan dirinya sebagai orang yang curious, empathic, dan technical, Yusuf Syaid menekankan pentingnya menjadi orang teknis yang memiliki empati tinggi. Karena “orang yang berempati tinggi dalam dunia teknis sangat jarang,” katanya.Teknologi yang dibuat, secanggih apa pun itu, bertujuan untuk memudahkan hidup manusia. “Robot bisa mendeteksi manusia tersenyum. Tapi robot tidak dapat mengerti kenapa manusia tersenyum dan tidak dapat merasakan menerima senyuman itu.”Simak selengkapnya interview kami dengan CTO JumpStart di #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes episode ini!Learn more about us at https://mtarget.coFollow us onLinkedIn: https://mtrgt.id/MTLinkedInInstagram: https://mtrgt.id/MTInstagramTwitter: https://mtrgt.id/MTTwitterFacebook: https://mtrgt.id/MTFacebook(Video diupload oleh MTarget pada 11 November 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=_UUokV_J--4)
Be the first person to like this.
#StoriesWorthTelling | Pramudono Kumoro: Product Manager yang Harus Menguasai Segalanya
37 views
Tidak hanya hard skill seperti coding yang harus seorang product miliki, namun juga soft skill seperti komunikasi dan leadership. Inilah kata Pramudono Kumoro yang sudah berkutat di bidang product bertahun-tahun hingga mencapai posisinya sekarang yaitu product head.“Hard skill adalah hal yang mudah didapat. Tetapi memupuk soft skill seseorang membutuhkan waktu yang lebih lama,” katanya. Seseorang yang menilai dirinya sendiri sebagai seorang yang idealis, gila, dan sosial ini bermimpi untuk menjadikan anak muda untuk tampil lebih dan hebat dari dirinya.Simak selengkapnya di #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes episode ini!(Video diupload oleh MTarget pada 11 Oktober 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=BNkJ6RU0d0w)
Be the first person to like this.
#StoriesWorthTelling | Sebastian Evan: Cerdas dalam Melihat & Mengelola Peluang
28 views
Saat krisis melanda, berbagai kegiatan bisnis mengalami penurunan yang sangat signifikan. Tak terkecuali dengan bisnis yang dijalankan oleh Sebastian Evan (COO Garistemu.co).Saat bisnis mengalami peningkatan yang tinggi, dalam sekejap pandemi membalikkan keadaan 180 derajat dari yang saat itu diperkirakan. Namun, dalam keadaan krisis tersebut, ternyata banyak sekali peluang-peluang baru yang muncul yang akhirnya membawa Evan mencapai titik balik untuk bangkit.Tonton kisah lengkap bagaimana Sebastian Evan melihat dan mengelola peluang diantara krisis, dan bagaimana beliau membangun team @garistemu hingga grow dengan maksimal di #StoriesWorthTelling Bulls Eyes.Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut terkait #MTARGET #StoriesWorthTelling lainnya, kunjungi social media kami di sini:LinkedIn: https://mtrgt.id/LinkedInInstagram: https://mtrgt.id/InstagramTwitter: mtargetcoFacebook: MTARGET.co(Video diupload oleh MTarget pada 26 September 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=V0OYH_ixDF4)
Be the first person to like this.
#StoriesWorthTelling | Agus Firmansyah: Keras Kepala dan Research yang Mendalam dalam Dunia Product
33 views
Pada #StoriesWorthTelling - Bulls Eyes kali ini kita kedatangan Technical Product Manager, Agus Firmansyah.“Di product kita tuh harus lebih keras kepala”, Inilah yang dikatakan oleh Agus. Namun, kenapa harus demikian. Menurut Agus, jika keras kepala tidak dimiliki oleh orang-orang product, Anda akan tertarik dan dilempar dengan mudah oleh stakeholders dan customers.Ini adalah salah satu dari 3 hal yang menggambarkan Agus Firmansyah atau yang seringkali dikenal dengan panggilan “Iping”. Simak perjalanan hidup dan karir Agus Firmansyah lebih lanjut di sini!We have other valuable things just for you!More Bulls Eyes video https://mtarget.co/bulls-eyesCase Study interviews https://mtarget.co/case-study(Video diupload oleh ToffeeDev pada 22 September 2022 melalui https://www.youtube.com/watch?v=8jQH__fTSak)
Be the first person to like this.
Featured Connect
Partner » Digital Marketing
Partner » Digital Marketing
Partner » Educational Services
Partner » Digital Marketing
Incubator
Partner » Financial Services
Partner » Educational Services
Accelerator
Partner » Professional & Business Services
Partner » Professional & Business Services
Partner
Featured KnowledgeX